Selamat menempuh ujian nasional bagi yang menjalankannya.

Selasa, 16 Maret 2010

hari-hari terakhir bersama aurigaku

Auriga. Itulah nama kelas ku yang sebentar lagi akan menjadi kenangan dalam hidupku. Dan mungkin juga untuk teman-teman ku. Sebuah album memory untuk semua kenangan itu sudah tersiapkan, dan sebentar lagi sudah sampai pada halaman terakhir. Album itu akan aku tutup dan aku simpan dengan rapi agar aku tetap mempunyai kenangan-kenangan itu. Kenangan bersama auriga ku...
Kenangan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Karena terlalu indah dan terlalu sulit untuk di tebak, , , ,
mungkin itu juga yang temen-temen auriga rasakan saat ini...

mereka adalah bagian dari jiwaku....

Inilah Aurigaku , , , ,


Selengkapnya...

Jika aku bertobat

itu atas anugrah-Nya kepadaku

dan jika aku berbuat dosa, Dia adalah harapanku

jika aku berpaling Dia menyeruku

dan jika aku menghadap Dia mendekatkanku (kepada-Nya)

jika aku mencintai-Nya, Dia memeliharaku

dan jika aku ikhlas , Dia membisikiku

jika aku berbuat lalai,Dia memaafkanku

dan jika aku berbuat baik , Dia membalasku

Wahai kekasihku

Engkau maha pemurah kepadaku

maka singkirkan semua kesedihanku

hanya kepada engkaulah kerinduanku

dengan segenap hatiku, lahir dan batinku

Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah

dan yang paling diharapkan kemurahan-Nya

Wahai Yang Mahadahulu kebaikan-Nya kepadaku

karenanya tidaklah layak bagi-Mu melupakanku

Wahai Tuhan semua manusia

baik didunia maupun di akhirat

atas semua perbuatan yang kulakukan

Selengkapnya...

dyari,,,

Tuhanku.....

kami sendiri yang menciptakan ancaman-ancaman bagi hidup kami

kami sendiri yang menyulut api

yang membakar usia kami

kami sendiri yang membangun kesempitan

di tengah keluasaan ini

kami sendiri yang membikin bumerang

yang menikam perut kami,

Tuhanku......

pantaskah kami mohon ampun

dihadapan kemurahan-Mu?


Sedih ya, friends.... melihat deretan dosa yang telah tertulis tadi. Rasanya, kok setiap hari ada aja dosa yang terlaku. Namun, apakah hanya cukup menjadi sedih saja? Enggak khan, meski g bisa dihindari , sedih bukan jaln keluarnya , kan? Ya, sedih selalu ada. Sedih bercampur minder. Sedih karena diri sendiri yang belum kunjung baik, minder melihat orang-orang disekita kok pada baik, pada shalih-shalih, pada shalihah-shalihah. Dan ada perasaan iri melihat orang-orang begitu mudahnya melangkah menuju kebaikan.

Hiks,,,hiks,, jadi pengen nangis! Ngeri ngeliat catatan dosa sendiri!astaghfirullah! Kok jadi begina yach ? Aku merasa masih banyak kekurangan, masih banyak kesalahan. Ada hal yang masih meragukan. Aku tak tahu apa itu dosa atau bukan? Dan, aku merasa hal-hal yang meragukan itu, yang pada akhirnya mengundang risau, perlu kucatat juga. Barangkali, suau saat nanti aku menemukan orang yang benar-benarahli, untuk menanyakan hal-hal yang aku perbuat. Barangkali itu dosa , sehingga aku perlu memohon ampun atas dosa-dosa itu dan berhati-hati untuk tidak mengulanginya. Atau kalaupun bukan dosa, tapi juga tidak mendatangkan pahala tentunya, aku bisa menghindarinya di kemudian hari. Dan masing-masing orang pasti berbeda-beda tingkat pemahamannyamengenai hal-hal yang meragukan itu. Misalnya buat kamu yang cowok (atau cewek juga ada) masih sering merokok. Kamu risau tentang perkataan sebagian orang yang mengatakan bahwa merokok itu haram. Dalam pikiranmu, haram itu dosa, bukan? Tapi kamu juga pernah mendengar lagi bahwa merokok itu makruh , g dosa, g juga berpahala. Tentunya, kamu punya perlu banyak referensi,untuk menepis kerisauan ini. Masukan-masukan dari orang lain pun tidak dapat diabaikan. Merokok bisa aja menjadi dosa jika menganiyaya orang lain dengan asapnya,misalnyua!!! itu salah satu contok aja, friends!!

mungkin masih banyak lagi hal-hal yang merisauka,apalagi ketika kita terjun kedalam kehidupan bermasyarakat. Biasanya, kalau uwdah bergaul tuch susah banget kontrol hatinya. Kalau susah kontrol hati, bisa merembet pada susahnya mengontrol hal-hal lainnya, seperti perkataan, perbuatan dan pikiran. Itu yang kurasakan lhooo.... dan baru nyadar kalau lagi sendiri.

“aduh, tadi aku ngomong apa sama dia!”,

“ Ya ampun, tadi kayaknya kata-katamu menyinggung dia dech. Dia marah g yaaa.....atau sekaranglagi nagis, gawat kalau aku didoain yang jelek-jelek nich?”,

“ih! Sok banget sich aku tadi, sombong baget pas dapet nilai bagus tadi, padahal nilai temen sebangkuku jelek.”

yah, pokonya banyak dech yang nggak terkintrol, friends ! Nyesel dech jadinya. Bukan nyesel bergaul, karena bagaimanapun juga gaul itu penting! Nyesel karena dosanya itu looo! Aku jadi inget ceritanya Ummul Banin binti Abdul Aziz bin Marwan rasanya sangat bisa dijadikan contoh kita, supaya tetep kontrol, tetep hati-hati, termasuk pada hal-hal yang meragukan. Kisahnya terdapat pada buku keren banget ( Dan Rosulullah pun menangis, karangannya Abdul Fida' Muhammad Ezat ( Hikmah : 2004) hal 255-256

Marwah bin Muhammad menceritakan bahwa Izzah, kawan kutsaiyir, mengunjungi ummul Banin binti Abdul Aziz bin Marwan, yang merupakan saudara dari Umar bin Abdul Aziz, Ummul Banin bertanya pada Izzah, “ Izzah, apa maksut dari syair kutsaiyir berikut:

setiap orang yang punya hutang akan melunasi hutangnya

jika dia tahu siapa yang menghutanginnya

sementara Izzah menunda makna orang yang dihutangi.

Ummul Banin bertanya, “Hutang apa yang disebutkan oleh Kutsaiyir?” Izzah berkata, “Jaga rahasia ini, ya!” Ummul banin berkata, “Kamu harus memberitahukan aku dulu. “Izzah lalu bercerita, “Aku berjanji padanya memberi satu ciuman. Ia lalu datang padaku untuk menagih janjiku. Aku takut dosa dan aku akhirnya tidak memberinya. “Mendengar itu Ummul Banin berkata pada Izzah, “Lakukan saja! Berikan ciuman padanya. Aku yang menanggung dosanya.”

Setelah mengatakan itu, Ummul Banin menyesalinya dan menarik ucapannya itu lalu memohon ampun pada Allah. Untuk kalimat itu, ia harus memerdekakan empat puluh budak. Setiap kali, ia mengingat kejadian itu, Ummul banin pasti menangis hingga kerudungnya basah. Ia berkata,”Andai saja lisanku menjadi bisu saat aku mengatakan kalimat itu!” Ia pun beribadah sehingga sering disinggung banyak orang pada masanya karena begitu rajinnyania beribadah. Ia menolak menempati permadani kerajaan untuk dipakai qiyamul lail.

Setiap Jum'at, ia menghindar bertemu orang Persi untuk dikonsentrasikan sepenuhnya di jalan Allah. Ia suatu waktu dikirim menemui wanita-wanita yang rajin beribadah yang berkumpul bersamanya dan berbincang-bincang. Ia lalu berkata,”Saya menyukai cerita kalian. Tapi pada saat saya sudah salat, saya pasti lupa tentang kalian.”

Ia pernah berkata,”Orang yang paling pelit adalah orang yang pelit pada dirinya sehingga tidak mendapatkan surga.” Ia juga pernah berkata,”Setiap orang mempunyai kebutuhan pada segala hal. Kebutuhanku aku konsentrasikan pada memberi. Demi Allah, memberi, menyambung, dan berhubungan karena Allah lebih aku cintai daripada makanan yang enak di kala lapar dan minuman dingin di kala haus. Bukankah kebaikan hanya bisa diraih bila berbuat?” Ia selalu berada di jalan kebenaran, berkonsentrasi penuh dengan kebenaran, selalu berpuasa, selalu berqiyamul lail sampai ia wafat.


Ada dua hal yang aku tangkap dari cerita itu, Friends! Dua kata: pelit dan konsentrasi. Ya! Untuk kata pelit aku mempersepsikan bahwa aku merasa nggak perlu nanggung-nanggung pada diri sendiri. Kalau aku bersalah ya akui, kalau memang risau dan ragu-ragu ya tanyakan, usahakan hingga menjadi jelas karena hal ini menyangkut masa depanku di akhirat nanti. Bagiku, lebih baik merasa berdosa daripada sombong, merasa nggak punya dosa sama sekali. Kalau menurut Jamilah al Mashri, masih dalam buku yang sama, bahwa ada empat pintu-pintu masuk maksiat yaitu pandangan, lintasan pikiran, ucapan, dan langkah kaki ( yang aku persepsikan sebagai perbuatan ). Empat pintu!

Nggak heran kalau membutuhkan konsentrasi!. Katakanlah aku merasa pasti berdosa sehingga aku perlu sekali konsentrasi memperhitamkan dosa-dosaku agar tidak bertumpuk dan cepat meminta ampun.

Aku pasti berdosa! Karenanya aku perlu konsentrasi memperhatikan bagaimana pandanganku, lintasan pikiranku, ucapanku, dan langkah kakiku atau perbuatanku. Nah sekarang, ketika menulis ini, terpikirkan olehku untuk memisah-misahkan dosa sesuai empat pintu itu yang sering aku masuki. Aku bisa tahu, dari pitu manakah yang bikin imanku lemah. Dan ternyata, aku sangat lemah. Aku dapat masuk di keempat begitu. Tapi belum terlambat, karena selama masih bernapas, berarti masih ada kesempatan.


Selengkapnya...